20
Mei 2001
Bapak
Presiden & Ibu Wakil Presiden Yth
Date:
Fri, 15 Nov 1999 00:59:51 +0700
Naskah
email ini diketik ulang dan
sedikit perbaikan format dan redaksional (titik,koma)
oleh
Firdaus LN
atas
izin tertulis dari Tengku Chandra Hassan Adenan tertanggal 15 Mei 2001
untuk
disiarkan kembali dalam versi elektronik
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Saya
tidak tahu apakah anda pernah mempergunakan adress ini dan apakah BJH
pernah menyerahkan id ini kepada anda. Perkenalkan diri saya y.u: Tengku
Chandra Hassan Adenan asal Riau.
Saya
baru saja kembali dari kampung halaman saya di Dabosingkep (Kep.Riau)
beberapa hari yang lalu dan selama di sana saya sama sekali terputus dari
segala macam informasi yang beredar di negeri ini.
Sewaktu
saya membaca koran-koran yang tertumpuk di depan pintu rumah saya, sempat
pula terbaca berita tentang keinginan masyarakat Riau unruk merdeka dan
tanggapan anda yang ingin menangkap orang Jakarta yang memprovokasi
masyarakat Riau.
Dengan
segala kerendahan hati dan sebelumnya mohon maaf atas ketidakpandaian saya
bertutur. Saya ingin menyatakan kekecewaan saya atas pernyataan anda itu.
Berhari-hari saya menunggu ralat atau pun bantahan anda dengan harapan
bahwa wartawan memang benar-benar meracau.
Susah buat saya untuk menghilangkan pikiran dan kemarahan hati saya kepada
anda, sehingga akhirnya saya memutuskan menuliskan email ini.
Anda
pernah disebut sebagai seorang budayawan negeri ini tetapi begitukah anda
memahami dan menanggapi RAJUK MELAYU .....? Sultan Siak Syarif Qassim
adalah raja Nusantara pertama yang menyatakan bahwa Kerajaan Siak Sri
Indrapura bergabung dengan Indonesia setelah Proklamasi 17 Agustus 1945
(hanya berbeda waktu 4 jam setelah pembacaan proklamasi oleh
Soekarno-Hatta) dan bukan hanya itu. Beliau Juga menyerahkan seluruh
kekayaannya yang ada di Riau ke tangan Republik untuk dipergunakan sebagai
bekal perjuangan melawan penjajah (salah satu dari kekayaan itu adalah
ladang minyak CALTEX sekarang).
Cerita
saya itu hanya ingin mengingatkan anda bahwa betapa besar komitmen Riau
terhadap Indonesia tapi apa yang diperoleh Riau hanyalah kekecewaan
sepanjang masa karena Pusat mengabaikan penderitaan kami. Betapa anda dan
pendahulu-pendahulu anda mengabaikan protes orang Riau, padahal Prof
Thabrani Rab cs sudah mendengungkan kemerdekaan Riau pada bulan Mei 1999
dan apa yang didengungkan itu bukan hanya isi hati mereka sendiri, tapi
sebagian besar masyarakat Riau yang memang sudah lama terbenam di hati
banyak orang di Riau. Hendaknya anda mengerti kata-kata merdeka dengan
bahasa Rajuk Melayu.
Singkep
umpama pohon Nangka yang meranggas setelah Timahnya habis. Pasirnya pun
masih diambil dan dijual ke Singapura tanpa ada kontribusi sedikitpun ke
Singkep sendiri kecuali tanah tempat rakyat berkebun menjadi musnah.
Lingga dan Siak bak perkampungan abad 19 yang lalu bahkan lihatlah apa
yang dimiliki oleh Pekanbaru tidak lebih dari apa yang dimiliki oleh
Bandung pada awal dekade 60-an. Untuk sebuah provinsi yang telah
menyumbangkan minyak bumi yang berlimpah, timah yang bertimbun, kelapa
sawit, bauksit, kelapa, karet, ikan, rumput laut dsb, adilkah itu....?
Saya
tidak yakin anda memaklumi kekecewaan orang Riau (bahkan kapan anda bisa
datang menginjak Bumi Lancang Kuning....? tak pantas anda memanggil Prof
Thabrani ke Jakarta, yang kami inginkan anda datang ke Riau mendengarkan
suara orang Riau di tanahnya sendiri). Walaupun orang Riau bukanlah
pemberontak tetapi saya sebagai orang yang lahir di sana akan tetap
melawan dengan cara saya dan
dengan kemarahan saya. Kalau anda ingin menangkap orang-orang yang kecewa
terhadap Pusat, maka tangkaplah saya karena hati saya telah lama
memberontak, layar sudah terkembang, pantang dagang surut ke tepi. Esa
hilang dua terbilang, tak Melayu hilang di dunia, tuah sakti bakti negeri.
Saya
tak pandai bermain senjata dan berkelahi, tetapi kalau anda tidak
menarik/meralat/membantah pernyataan anda kemarin, saya akan mendoakan
agar Allah menurunkan kutuk dan adzabnya yang lebih pedih kepada anda.
Begitupun sebaliknya kalau anda meminta maaf atas pernyataan anda, saya
akan mohonkan agar Allah menurunkan berkah yang berlimpah, rahmat yang tak
ada habisnya untuk anda. Raja bijak raja di sembah, raja salah raja di
sanggah.
Sekali
lagi saya ingin nyatakan bahwa untuk mengerti tindakan orang Riau haruslah
mengerti Bahasa Rajuk Melayu (walaupun tidak semua orang Riau adalah Orang
Melayu, tetapi sebagaian besar mereka sudah merasakan menjadi Melayu
sejati dan kami tidak punya masalah dengan SARA). Janganlah MERDEKA
diartikan dengan melepaskan diri dari RI tapi harus diartikan dengan
bahasa seseorang yang merajuk karena tidak diperhatikan. Yang kami
inginkan adalah keadilan dan kehormatan, maka berikanlah itu.
Sengaja
email ini saya sebarkan juga kepada pihak-pihak lain agar banyak orang
mengetahui apa yang saya katakan dan tidak ada fitnah dikemudian hari.
Begitulah isi hati saya Bapak Presiden dan Ibu Wakil Presiden, semoga
pintu hati anda terbuka dan mengerti dengan bahasa saya yang tak tersusun
ini.
Wassalam
Tengku
Chandra Hassan Adenan
+62-811-230-140
|