Sekedar
Ide Naif:
Tanggapaan
atas email Bang Aheng tentang SSTDF, ISST
dan
Artikel Singkep dalam Kancah Pembangunan Global
Oleh
: Julita
Saidi
e-mail
: juliesaidi@yahoo.com
Date : Thu, 10 May 2001 18:27:33 -0700 (PDT)
Artikel
ini disunting oleh Firdaus LN atas izin penulis tertanggal 20 Mei
2001
untuk
disiarkan melalui Singkep
dot Com
Assalamu'alaikum
wr.wb.,
Insyaallah
bang aheng sehat dan tetap bersemangat. Proposal SSTDF dan ISST
telah saye bace berikut dengan penelitian (rancangan/artikel?) ttg
kasus penambangan
Timah.
Bagus dan penuh visi jangke panjang. Pon terimekasih untuk
tawaran bergabung, agak malu rase hati untuk menerime tawaran itu.
Tapi kalau abang rase saye
bise diajak duduk berunding dan berbuat (tak sekedar becakap) untuk
mewujudkan apa yang terbaik untuk masyarakat, bahagie betol rase
hati. Tak sampai ke situ pemikiran. Maklomlah karene kurang
pengalaman. Kemarin becakap-cakap dengan kawan sekelas waktu sma.
Email die lah diteruskan ke abang.
Ape
yang ingin dibuat untuk dabo tu keciklah dan mudah-mudahan ade kawan
yang berminat untuk bantu.
Pertama
harus dibenahin adalah kultur,
visi dan mindset orang dabok.
Targetku
adalah generasi mudanye. Entah kapan dapat dimulai tapi insyaallah
dalam waktu secepatnya. Mungkin akan ade pembahasan dengan guru-guru
sekolah di sane, mungkin akan ade semacam kuliah umum, atau seminar
yang rutin diadekan. Rutin alias kontinu agar gemanya tak
hilang. Juge ade keinginan untuk mengajak para siswa lebih proaktif
terhadap kelangsungan hidup mereka. Tak dapatlah kite berikan ikan
untuk mereka, pon untuk memberikan kail rasenye cume memanjekan
mereka. Lebih baik kite ajarkan mereka untuk membuat kail itu.
Selanjutnya terserah improvisasi mereka untuk bertumbuh dan
berinovasi. Seperti saat kami sma dulu, beramai-ramai turun ke laut,
ke hutan untuk melakukan studi alam, mengisi laboratorium dan
menumbuhkan rase cinte kepada lingkungan. Menganalisis dampaka
lingkungan secara sederhana, mengajak mereka untuk mengetahui sendiri sisi lain dari suatu keputusan/ kebijakan
yang telah diambil terhadap daerah tempat mereka tinggal.
Mengapa concern dengan kultur, visi, dan mindset?
Karena
saye tak hendak
mengasihani dan terus menerus membela masyarakat di sane.
Kite cume fasilisator, merekalah aktornya. Selame
ini mereka tak tahu apa yang seharusnya mereka buat atau apa yang
mereka butuhkan dan inginkan. Pikiran mereka mungkin tak tertata dan
apalagi tersalur dengan baik, tak mengerti prosedur serta tak tahu
hak dan kewajiban mereka. Yang jadi fokus mereka cuma dapat makan,
bise sekolah. Sudah! Sisa waktu untuk santai, untuk main. Tak tahu
kalau sekejab lagi dabok tu musnah, atau mata pencaharian mereka
akan hancur. Alias tak punye visi dalam menjalani hidup!!!
Ini
terkait dengan kultur melayu. Saat ini mindset mereka hanya terbatas
pada basic needs dan waktu pun habis untuk itu kite tak bise terus
menerus mendampingi mereka, mereka harus fight dan itu dimungkinkan
kalau mereka bise merumuskan apa yang mereka inginkan. Intinya:
mengubah struktur masyarakat terutama generasi mudanya dari
noninform community menjadi inform community. Tak tahu cam mane
mewujudkannya tapi sekolah (sektor pendidikan) menjadi harapan.
Diskusi ilmiah, pelibatan mereka secara langsung dalam gagasan
progesif, iklim demokratis antara pejabat dengan masyarakat, dan
komunikasi yang baik insyaallah dapat menumbuhkan sensitivitas
mereka terhadap apa yang sedang terjadi disekitar mereka.
Mudah-mudahan
masyarakat dabok dapat memahami semue ini dengan tepat.
Kalau
bang aheng tak keberatan untuk ikut membantu, tolong kalau ade
kesempatan becakaplah dengan pak Hendy. Becakap terus ttg ape saje dan minta pak hendy
meneruskannya
kepade teman-teman sesame guru, mudah-mudahan ade yang mendukung.
Setidaknya publikasi awal. Bagi yang lah lewat biarlah lewat. Cume
bise dijadikan pengalaman. Penat rase hati kalau diingat dan cume
bikin waktu tak efisien. Mudah-mudahan ade yang tertarik.
Kalau
ade cukup modal ingin
buat pelatihan untuk anak-anak sma terutama agar kalau kelak mereka
tak sanggup kuliah atau kursus mereka tak sekedar kuli. Punye
skill-lah walau sedikit. Setidaknya bise membuat mereka agak
kompetitif dipasar kerje. Mungkin akan buat proposal ke timah minta
hibah komputer bekas yang masih bagus, untuk dipakai sebagai sarane.
Dan memberdayakan kemampuan bahasa inggris mereka. Tak akan gratis,
karena kultur masyarakat kite ni kalau gratis malah tak hendak (agak
sombong) gabong, jadi ditarik bayaran ringan untuk maintenance
assets
tu.
Fokusku
tetap pada generasi muda. Anak-anak! Mudah-mudahan semuenye dapat
terus berlanjut. Idenya? Sederhana:
ingin
dimasa tua diurus oleh orang-orang yang bertanggung jawab, berakhlak
bagus dan tanpa pamrih nyata. Orang-orang yang mngurus kite ketike
kite tua sekarang masih anak-anak, dan lebih mudah membentuk
anak-anak itu. Masih berkutat dibidang pendidikan dengan landasan
agama.
Mengenai
ISST menarik juge. tak punye ide soal itu, tapi di Batam ade
Politeknik yang sekarang masih dikelola oleh ITB, syarat masuknya
ketat (standar ITB) karena itu mungkin tak banyak anak riau yang
bise masuk. Target adalah bergabung disitu (mudah2an) bise dan
memperjuangkan kepentingan mayoritas anak riau untuk bise masuk
disitu dan memperoleh pekerjaan yang layak di pulau Batam khususnya.
Sayang tak terdata, kalau terdata mungkin kite akan tahu berape
banyak anak
dabok
yang cume jadi kuli dibatam atau yang dipelihare toke-toke
singapura. Tinggal di RULI Estate (rumah Liar). Kalau dapat mungkin
ingin mendirikan semacam agen penyaluran tenage kerje untuk
anak-anak riau agar TK dibatam tak didrop lagi dari jawa dan cine.
Syaratnya: TK kite berkualitas dan kompetitif.
Itulah
yang dimaksud dengan intensifikasi lembaga edukasi yang sudah ade.
tak tahu bile semue ini dapat diwujudkan mengingat kurangnye
pengalaman, kurangnya pergaulan, dana dan kesesuaian dengan ambisi
pribadi serta tuntutan hidup. Tapi kalau dipike konsep ini ade dan
walaupun butuh berjuta-juta tahun untuk mewujudnya, tak ade salahnya
kita cube. Saat balek ke riau kelak, doakan agar dapat jalan berbuat
dan berguna bagi orang banyak. Untuk itulah kite hidup sebagai
khalifah Allah dimuke bumi.
Semoge
kite bise sejalan, semoge bang aheng tak penat menguatkan semangat
semoge kite tak penat menghadapai rintangan dan semoge kita selalu
istiqomah
dengan
tujuan kite. Dan semoga Allah menguatkan kite untuk apapun dan tak
lelah membimbing tangan kecik kite. Amien…….
Selain
itu saye telah kehilangan kepercayaan untukbekerja dalam satu
lembaga formal. lebih suke bekerja dalam bentuk team work, tak
banyak becakap, sikit orang tapi ade goal congruence walaupun harus
mengcover pekerjaan untuk lima orang. Koordinasinye lebih mudah.
mungkin ide ini akan dituangkan dalam bentuk KKN (Kuliah Kerje
Nyata). Anak SMA diberdayakan, kemudian mereka diturunkan
kemasyarakat (tak banyakkan kerje kite?). Aade laporan rutin, ade
pembahasan hasil dan tentu saja lebih merakyat dan low
cost. Mudah-mudahan lebih
efektif dan
efisien
juge.
Lembaga
formal mungkin cume dibutuhkan dalam kapasitas bargaining dengan
lembaga formal (decision maker) juga. Walaupun tetap harus ade, tak
besar harapan, kecuali kalau integritas orang-orang yang duduk
disitu terbukti. Kalau tidak?????just wasting time!!!! Dan dah penat dengan model itu. Semoga Allah selalu mensucikan
niat kite. Amien…
Ini
ide dan tentu saja mentah. Tapi itulah yang baru terpike. Kite
diskusi terus yah……
Wassalam
dan maaf
|