2
Juni 2001
“Integrated
agriculture”
Oleh:
Adrizal Ruslan
University
of Gifu, Japan
Secara
umum saya informasikan bahwa
hanya sekitar 10 hingga 15 % lahan Singkep (di luar tanah hutan yang belum
tersentuh) yang sangat cocok untuk ditanami Palawija. Selebihnya kebanyakan
pasir/kwarsa (Ingat bahwa lahan DBS penuh dengan produk tambang makanya jangan
heran kalau program penghijauan cenderung kurang
berhasil. Habis lahannya tidak di beri 'treatment' dulu sebelum
ditanam).
Para
peneliti lebih menganjurkan untuk pengembangan tanaman tahunan/musiman
termasuk lada. Namun demikian, ini bukan berarti Pertanian tidak bisa
dikembangkan melainkan perlu teknik tertentu untuk mengolah lahan sehingga
lebih produktif. Nah, untuk itu bila para konseptor Singkep ini ingin tetap
mengembangkan sektor pertanian hendaknya diintegrasikan dengan sektor
peternakan (integrated
agriculture).
Jika
bicara masalah pembangunan yang berwawasan lingkungan maka pemakaian produk
kimia hendaknya 'minimal'. Nah, disinilah letak peran subsektor
peternakan. Detailnya mengenai ide ini kapan-kapan akan saya lontarkan
lagi. Saat ini masih belum sempat. Menurut pengamatan saya, sektor
perikanan (khususnya laut) dan payau (daerah bakau lebih sangat menjanjikan
asalkan semua cepat tanggap terhadap lahan/areal tersebut yang sudah hampir
habis dikikis “makroplankton”. Buktinya, terumbu karang di pesisir pantai, besi
tua/ mangkok timah penyangga pelabuhanpun sudah bersih disikat 'macrobes' tsb.
Bagaimana ikan, udang, dll bisa bertahan?
Dulu
era 1990-an banyak besi tua dibawa ke Jambi pakai kapal. Jadi kalau Aheng
punya konsep yang sudah tertuang dalam bentuk 'draft' yang komplit sebaiknya
segera disosialisaikan ke anggota dan ke aparat setempat sehingga langkah
antisipatif dapat dilakukan.
Terakhir,
jika kelak Yayasan untuk pembangunan Singkep berdiri dan siap berjalan, jangan
ditutup kesempatan warga non-Singkep untuk berkiprah. Memang betul bahwa
Singkep memerlukan 'putra-putra' nya untuk berpikir ke arah kemajuan Singkep.
Sebab hanya putra-putra nyalah yang paling peduli. Namun demikian, konsep OTDA
dan PUTRA DAERAH jangan sampai kebablasan. Bukankah “chauvinisme”
yang berlebihan akan berbuah keruntuhan? Banyak bukti sejarah untuk
ini.***
|