Spiritualisasi
Pendidikan Agama Islam
Oleh
Firdaus LN
Karyasiswa
Program Doktor di ENSA Montpellier, France
Salah
satu perbincangan menarik dalam forum International
Seminar on Improving The Syllabus for Islamic Education for Young People
in Indonesia yang berlangsung dari 7-8 April 2001 di Manchester, UK
adalah pemaparan M Darwis Hude—pemakalah
utama dari Al-Azhar Kemang
Jakarta. Melalui makalah berjudul ‘Implementation
of the Islamic Education Through Islamic Private School’, pemakalah
ini mengangkat Dimensi Penjiwaan Islam atau Spritualisasi Pendidikan Agama
Islam yang merupakan basis penerapan Kurikulum Pendidikan Agama di
Institusi pendidikan Al-Azhar
seluruh Indonesia seperti: Al-Azhar
Jakarta, Al-Azhar Kelapa Gading Jakarta, Al-Azhar Kota Legenda Bekasi,
Al-Azhar Cilegon, Al-Azhar Bumi Serpong Damai, Al-AzharAurellia Surabaya,
Al-Azhar Bali,
dan Misi Islamiyah Pekanbaru, Riau.
Merujuk
makalah Ketua Yayasan Syifa Budi, H Maulwi Saelan (2001) dalam “Educational
Spritualisation in Al-Azhar Syifa Budi Jakarta” , bahwa istilah
Spritualisasi Pendidikan muncul sebagai jawaban atas kesenjangan antara
sains di satu sisi dan agama
di sisi lainnya. Dikotomi antara dua kutub ini telah cukup meluas,
utamanya disebabkan karena banyak saintis menolak eksistensi agama sebagai
suatu disiplin. Terhadap fenomena ini, para intelektual muslim dari
seluruh dunia telah mencoba menata kembali pengetahuan Islam agar dia
mendapat tempat sebagai suatu disiplin.
Diantara intelektual Muslim tersebut adalah Ismail Faruqi dengan
gagasannya tentang “Islamisation
of Knowledge’.
Acuan
utama Spritualisasi pendidikan Islam adalah Al-Quran
dan Sunnah. Acuan pelengkap
lainnya seperti Ijtihad yakni
kesepakatan-kesepakatan dari para Ulama yang diambil berdasarkan metoda
Ijma’ (konsensus), qiyas
(alasan melalalui analogi), istihsan
(preferensi), masalih mursalah
(prinsip kegunaan) dan lain sebagainya. Secara fundamental, Spritualisasi
Pendidikan Agama Islam berupaya menginternalisasikan nilai-nilai Islami
(ruh Islami, jiwa Islami) melalui proses pendidikan Islam ke dalam seluruh
aspek proses pendidikan di sekolah-sekolah. Tujuan utamanya adalah
memadukan nilai-nilai sains dan teknologi dengan keyakinan
serta keshalehan dalam diri anak didik.
Dimisalkan, bila anak didik belajar tentang Biologi, maka pada
waktu yang sama diharapkan pelajaran itu dapat meningkatkan keyakinannya
kepada Allah SWT karena di dalam Islam telah diterangkan bahwa Allah lah
yang telah menciptakan keanekaragaman (biodiversity)
di muka bumi ini dan semuanya tunduk kepada hukum Allah.
Paling
tidak, ada 7 faktor penting yang patut menjadi perhatian dalam upaya
implementasi Spiritualisisi Pendidikan Agama Islam (Saelan, 2001) : (1)
akademik, (2) lingkungan, (3) Pelatihan Ibadah dan Muamalat, (3) Model
peran, (4) Pesantren Kilat, (5) Syarat kecakapan Umum, dan (7) Program
Khusus non-akademik. Akademik yang dimaksudkan berkenaan dengan pengajaran
Islam sebagai mata pelajaran wajib yang tertuang dalam kurikulum sekolah.
Menyematkan contoh-contoh dan studi kasus Islamik ke dalam mata pelajaran
lain yang dipelajri anak didik di sekolah. Budaya dan Iklim sekolah yang
terkondisi agar anak didik berperilaku secara Islami merupakan lingkungan
yang kondusif bagi implementasi nilai-nilai spiritual Islam di sekolah.
Atmosfir Islamik di sekolah mempunyai peran sangat penting dalam membentuk
watak (character builing) anak
didik. Pelatihan ibadah dan muamalat kepada anak didik dapat pula
dibiasakan di sekolah, semisal melaksanakan sahalat Dzuhur
berjemaah di sekolah dan pembayaran zakat fitrah yang diselenggarakan
setiap Bulan Ramadhan di sekolah. Seluruh guru dan staf niscaya merupakan
contoh (model) bagi anak didik di sekolah dalam menjalan syariat-syariat
Islam karena guru merupakan panutan bagi anak didik. Demikian pula kakak
kelas agar memberi contoh perilaku islami yang baik kepada adik kelasnya.
Kursus intensif islamik jangka pendek yang melibatkan seluruh anak didik
dari berbagai tingkatan di sekolah – yang biasanya dilaksanakan pada
bulan Ramadhan merupakan bentuk lain dalam implementasi Spiritualisasi
pendidikan Agama Islam di sekolah. Pendistribusian
daftar tugas-tugas religius kepada anak didik merupakan salah satu cara
untuk mengevalusi syarat kecakapan umum yang dilakukan oleh siswa secara
sukarela. Pendekatan evaluasi diri (self
evaluation) diyakini dapat menghindari anak didik
dari perasaan ‘terpaksa’ menunaikan kewajiban-kewajiban dalam
menjalankan syariat Islam di Sekolah.
Tentu saja masih banyak program-program khusus
lainnya (non-akademik) dapat dipilih sebagai altertif
pengimplementasian Spiritualisasi Pendidikan Islam di sekolah, semisal tadabur
alam, dakwah dan lain sebagainya.
Berbagai
upaya dapat ditempuh dalam pengajaran
agama Islam kearah penjiwaan
nilai-nilai Islamik kepada anak-didik antara lain melalui pendekatan (1)
informatif, (2) dialogis, (3) situasional, (4) substitutif, (5) hubungan
kausalitas, (6) kontemplasi, (7) pelatihan dan bimbingan secara kontinu,
dan (8) pendekan lain seperti permainan bermain peran (role-playing), perayaan festival islamik. Pada tataran ini, guru
pendidikan Agama Islam dituntut untuk mampu berimproviasi memilih
pendekatan yang paling pas
pada setiap topik dan situasi yang berkembang dalam proses belajar
mengajar.
Menghadapi
realitas rendahnya moral dan keimanan Bangsa kita yang mayoritas umatnya
beragama Islam, maka Spiritualisasi Pendidikan Agama Islam baik di lembaga
pendidikan formal maupun non formal merupakan hal yang dirasa mendesak
untuk diimplementasikan, apatah lagi menghadapi cabaran era globalisasi
yang mempertaruhkan kualitas sumber daya manusia yang handal dalam era
kompetisi global. Kualitas
keimanan generasi penerus Bangsa Indonesia niscaya merupakan taruhan utama
dalam menapis dampak nilai-nilai budaya asing yang dapat mengikis keimanan
dan nilai-nilai moral anak Bangsa di era pembumian ini. ****
_________
Liputan
ini telah ditebitkan dalam Buletin
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Prancis
Edisi
Elektronik (ISSN 1626-3006), tersedia di http://www.geocities.com/bulppi
dan
Edisi
Cetak (ISSN 1627-8755) Volume 1 Nomor 2 (Mei 2001), p11.
|